Webmail |  Berita |  Agenda |  Pengumuman |  Artikel |  Video

Sikap dalam Menghadapi Kekhawatiran

17 Mei 2021
11:37:56 WIB

Sikap dalam Menghadapi Kekhawatiran

By: Suhandri Simanullang, S.Th

Filipi 4:6-7

4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. 4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Setiap orang dapat mengalami kawatir, takut, dan cemas; tiga kata negatif yang terkait erat dan saling digunakan sebagai sinonim. Dalam krisis sekarang ini kita mengalami banyak ketakutan, masalah kesehatan, ancaman kematian, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan, keamanan keluarga, dsb. Melalui rasa takut, khawatir, dan cemas, sering berujung membuat kita kehilangan damai dan sukacita. 

Untuk lebih memahami kita dapat membedakan ketiga kata ber-eratan tersebut.

1. Khawatir (worry) berbicara tentang segi kognitif atau berpikir tentang masalah atau ketakutan yang menyebabkan rasa takut itu. Khawatir adalah berpikir tentang hal-hal di depan yang menciptakan perasaan cemas. Khawatir ada proses berpikir. Berpikir hal-hal yang membangunkan ketakutan akan mencuri sukacita kita.

2. Takut (fear) adalah respon emosi terhadap suatu ancaman yang benar-benar ada, misalnya penyakit berat yang dialami, atau ancaman yang dibayangkan, misalnya membayangkan mengalami Covid-19 dan dirawat di rumah sakit. Dengan berpikir ancaman-ancaman itu menimbulkan perasaan negatif takut itu. Dan ini akan mencuri waktu kita sekarang karena ketika kita merasa takut bisa menyebabkan kita kehilangan kekuatan untuk menikmati dan melakukan hal-hal yang perlu kita lakukan sekarang.

3. Kecemasan adalah antisipasi terhadap ancaman-ancaman ke depan ditandai dengan kegelisahan mendalam. Misalnya cemas kapan Covid-19 akan selesai, akan kehilangan pekerjaan, akan mengalami gangguan kesehatan, dsb. Ketika kita cemas, dia akan mencuri damai kita.

Dari data sebuah survey, sejumlah 7,3% atau 1 dari 13 orang menderita masalah kecemasan, khawatir yang sudah kronis (parah). Tidak heran Alkitab banyak berbicara tentang takut, khawatir dan cemas yang menunjukkan perhatian Tuhan terhadap masalah ini. Bisa dipahami karena takut ini mencuri anugerah Allah hidup dengan damai sejaterah dan sukacita-Nya. Bahkan kurang lebih dalam Alkitab ada 365 ungkapan 'Jangan takut!' seolah-olah Tuhan sangat sadar kekhawatiran yang dialami manusia dan mengingatkan dan memberikan dorongan setiap hari agar tidak takut.

Kita mengenal tiga jenis takut. Pertama, takut akan ancaman yang nyata sehingga kita bereaksi menghindarkan ancaman itu. Misalnya kita bahaya infeksi virus Corona, karena itu kita tinggal di rumah, sering cuci tangan, menjaga jarak dengan orang lain dan menjaga kesehatan. Ini adalah takut yang sehat, yaitu takut yang melindungi diri dari bahaya (Amsal 27:12).

Jenis kedua adalah 'takut Tuhan' yang sudah pernah kita bahas dalam tulisan terpisah. Takut Tuhan adalah sikap yang menghormati Tuhan karena siapa Dia adalah Allah. Sikap ini memiliki dampak luas karena berhubungan dekat dengan iman kepada Dia, takut melakukan dosa; menghormati otoritas yang Tuhan tetapkan, yaitu keluarga, gereja dan pemerintah. Ini adalah takut yang sehat dan membawa segala berkat Allah (Misal, Amsal 19:23).

Takut jenis ketiga dapat disebut sebagai takut kronis, tidak sehat karena tidak jelas lagi penyebabnya. Kita tahu takut ini dimulai dari dosa dan dari sitasi yang dialami, didengar atau diasumsikan. Takut kronis potensi menjadi kecemasan, stres dan depresi. Takut kronis membuat kita kehilangan kekuatan, sehingga tidak melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Jelas Allah tidak menghendaki kita memiliki roh takut seperti ini (2 Tim 1:7).

Jadi harus bagaimana?

Apakah Anda memiliki rasa takut yang sehat dan baik, yaitu takut yang protektif atau melindungi dan takut akan Allah? Sebaliknya, apakah kita menderita rasa takut kronis yang tidak sehat? Takut yang sehat perlu kita bangun dan takut yang tidak sehat perlu kita atasi.

Kita dapat belajar menghadapi kekhawatir dari Paulus pada tulisan berikut. Paulus juga memiliki alasan untuk khawatir - usia sudah lanjut, dipenjara Roma tanpa kejelasan apa akan bebas atau akan dihukum mati. Tetapi dia mempunyai rahasia yang dapat ia bagikan dalam suratnya kepada jemaat di Filipi agar tidak khawatir namun justru mengalami damai sejahtera. Rahasia mengatasi khawatir adalah doa dalam bentuk khusus seperti Paulus tulis dalam Filipi 4:6-7 dan akan kita bahas pada tulisan berikut.

1. Belajar Menerima Situasi

Para psikolog berpendapat bahwa menerima situasi yang sering ditolak misalnya keadaan buruk adalah cara terbaik untuk mampu memulai mengurangi rasa kuatir. Dalam hal ini khususnya anak-anak Tuhan bukanlah hal yang sukar untuk dilakukan. Karena orang yang mengenal Dia tahu bahwa situasi yang menghawatirkan sekalipun tidak berarti bahwa Allah sedang meninggalkan umat-Nya. Tetapi justru anak-anak Allah tahu kepada siapa ia datang. Yah.. memang tidak mudah untuk memutar balik perasaan kita, akan tetapi ini juga adalah bagian daripada proses anak-anak Tuhan untuk semakin dewasa dalam menyikapi segala setuatu bahwa kemungkinan masalah besar yang akan terjadi.

2. Berharap kepada Allah

'berharap' adalah kata klasik yang sangat sering digunakan oleh orang-orang Kristen untuk menantikan sesuatu yang lebih baik dalam hidupnya. Tak hanya orang kristen tetapi mereka yang memiliki ideologi sekuler. Berharap adalah sikap terbaik tanpa harus menguras energi dan memperburuk suasana, karena berharap adalah salah satu usaha kognitif untuk menerima sesuatu yang lebih baik. Dalam hal ini orang Kristen adalah ahli dalam berhapa, suka menaruh harap tekhususnya kepada Tuhan. Namun tak jarang pula orang kristen yang sebelumnya berhadap tetapi oleh karena goncangan dan kekhawatiran membuat pengharapannya pudar melemah, bahkan berhenti berharap (hopeless). Untuk menemukan kembali sikap ini, kita perlu datang kembali sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk memperbaiki sikap hati kita yang mulai dingin kepada Tuhan, melalui firman dan hikmat yang Ia berikan dapat menolong kita untuk berdamai kembali dengan diri kita.

Hal ini kiranya tidak dapat dipandang sepele tetapi lebih baik secepatnya datang kepada Tuhan dengan doa, nyanyian pujian, serta membaca firman Tuhan sebagai sumber kekuatan kita.

Nyatakanlah segala hal keinginanmu, apapun yang kita inginkan untuk kita raih dari Tuhan, mari jangan berhenti berharap. Yang terbaik akan Tuhan sediakan bagi kita.

3. Mengucap Syukur

Dalam ajaran kekristenan mengucap syukur adalah cara terbaik untuk menerima segala hal atau apapun yang kita alami. Mulai dari yang terburuk sampai yang terbaik. Tindakan mengucap syukur membuat disukai Allah, karena hal ini tandanya bahwa kita mengharagai setiap kehidupan kita bahkan situasi yang buruk sekalipun. Allah akan sangat menyukai pribadi-pribadi yang mengucap syukur untuk kemudian berkat-berkat Tuhan akan dialirkan kembali kepada kita.

Lebih lanjut, tak lupa bahwa mengucap syukur ini kita bahwa dalam doa dan permohonan-permohonan kita kepada Allah, kita anak-anakNya akan sangat dikasihi dan memberikan keadamaian dan jalan keluar untuk setiap masalah-masalah kita.

4. Siap Menerima Berkat

Melaui Doa dan permohonan disertai dengan ucapan syukur, serta tanpa rasa kuatir, takut, dan cemas maka Allah sendiri akan memelihara hati dan pikiran kita untuk tertuju kepada Dia. Dengan demikian, kita sebagai anak-anaknya siap untuk mendapat berkat yang tak terduga dan sangat jauh melebihi kekhawatiran kita. Ia berkata Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Shalom, Tuhan Yesus Memberkati. 

File Terbaru

Facebook Fanpage

TAUTAN EKSTERNAL

https://www.moto7.net/ https://www.mitaddelmundo.gob.ec/ https://efda.gov.et/ https://www.perkemi.org/ https://sigupenda.diknas-padang.org/ https://www.papdi.or.id/ https://www.mitaddelmundo.gob.ec/ https://pdamklungkung.co.id/ https://buletin.nscpolteksby.ac.id/ https://www.rhinoplas.co.id/author/min01/page/2/